Kamis, 19 April 2018

Cerita Masa Kecil Penuh Makna

Kisah masa kecil akan selalu memiliki tempat tersendiri di hati dan memori kita. Baik buruknya akan selalu teringat dan menjadi kenangan indah untuk dikenang. Rasanya, andai bisa memutar waktu ingin sekali kembali di masa kanak-kanak. Di mana tubuh mungil dengan tingkah lucu nan polos mengarungi kehidupan dengan penuh canda dan tawa meski kadang tangis dan sedih menyela.
Sama seperti manusia pada umumnya, aku pernah kecil dan mempunyai kenangan masa kecil karena sekarang aku sudah remaja menjelang dewasa. Kali ini aku akan membagi cerita masa kecilku. Tentu tidak semuanya karena itu akan membutuhkan ratusan halaman atau bahkan ribuan(?).

Saat itu aku masih SD kelas empat tepatnya di bulan Ramadhan. Seperti halnya saat bulan puasa, tidak ada yang menjual makanan juga jajan. Bukan berarti aku ingin beli jajan, karena pada saat itu aku juga sedang berpuasa. Tapi, para pedagang dengan terampilnya menjajakan dagangan dengan bentuk permainan yang tentu saja tidak akan membatalkan puasa.
Saat itu ada salah satu penjual yang selalu dikerubungi oleh anak-anak. Dia menjual ikan hias -kebanyakan ikan emas. Yang membuatnya unik adalah cara mendapatkan ikan itu dengan cara didudut atau ditarik. Jadi ikan-ikan itu dibungkus plastik lalu diberi tali untuk ditarik. Tentu saja tidak semua tali terpasang dengan plastik berisi ikan. Ada juga yang zonk alias tidak terpasang apapun. Dua kali kesempatan menarik tali dihargai dengan lima ratus rupiah.

Sebenarnya saat itu aku berpikir, apakah ini termasuk judi? Tapi perasaan senang saat mendapat ikan dipercobaan yang kesekian membuat aku ketagihan. Jika itu termasuk judi, maka ampunilah aku dan teman-temanku ya Rabb. Kasihan kedua orang tua kami yang akan menanggung dosa kami yang belum baligh saat itu.

Uniknya adalah, aku dan teman masa kecilku, juga mengambil kesempatan itu dengan meniru ide dari sang penjual. Maafkan kami, Pak. Tapi aku yakin penjual itu belum mempatenkan usahanya, jadi aku dan temanku tidak akan dipenjara. Haha.
Modal kami tidak banyak, kami menyisihkan uang saku kami untuk membeli ikan hias, plastik, dan tali rafia (berbeda dengan yang digunakan oleh penjual sebab kami tidak tahu jenis tali apa yang dipakai, bahkan sampai saat ini aku juga tidak tahu.). Kami juga menggunakan ikan hias hasil dudutan.

Selanjutnya adalah bagaimana kami dengan kondisi berpuasa, sepulang sekolah saat matahari sedang panas-panasnya, berjualan keliling di desa kami.

Lihatlah bagaimana kami berwirausaha, bagaimana kerja keras kami, bagaimana cara membagi modal dan keuntungan. Itu semua kami lakukan saat masih kelas empat SD.
Itulah sepenggal kisah masa kecilku dan teman-temanku. Terkadang, tanpa kita sadari masa kecil memberikan kita pelajaran berharga. Bagaimana kita bekerja sama, bagaimana kita menyambung tali pertemanan bahkan tanpa ada satu hari bermusuhan, bagaimana tawa muncul dalam hal yang sangat sederhana.

Termasuk dari kisahku yang telah aku ceritakan di atas. Tanpa kami sadari, kami belajar bagaimana berwirausaha. Itu sebuah pelajaran yang didapat tanpa kesengajaan dengan prinsip senang dan dapat uang. Terima kasih telah membaca sepenggal kisah masa kecilku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar